Kejelian Mengemas Pariwisata Boltim
MENGUNJUNGI suatu tempat wisata adalah salah satu cara menikmati kekayaan alam, melihat kebesaran Tuhan dengan melihat ciptaanNya. Dalam sebuah perjalanan wisata harus terkandung hal - hal yang bersifat memperkaya pengalaman dan wawasan kita yang mengalaminya. Karena itu lahir bentuk - bentuk perjalanan dengan berbagai tujuan, mulai dari bersenang - senang semata, tujuan pendidikan, penelitian, sampai untuk tujuan keagamaan.
Di era pembangunan dan otonomi Daerah yang kian kompleks seperti sekarang ini, setiap Daerah di Endonesya termasuk Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) tempat dimana saya ditempa ini, dituntut untuk bisa membiayai dirinya sendiri. Setiap Daerah harus bisa menciptakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Daerahnya. Pariwisata adalah sumber pendapatan yang tidak bisa dianggap sepele. Di satu sisi kita harus melestarikan seni dan budaya kita, disisi lain kita harus menciptakan pendapatan untuk merawat benda - benda seni tersebut. Kalau begitu mengapa tidak kita gabungkan saja antara wisata alam dan wisata sejarah.
Kita bisa mengembangkan wisata alam yang mengedepankan keindahan alam. Bisa juga kita tambahkan wisata sejarah. Banyak tempat - tempat bersejarah baik dimasa ratusan tahun sebelum kemerdekaan dan dimasa Endonesya menjelang dan setelah merdeka terdapat di beberapa Lokasi. Kita juga bisa menampilkan wisata religi, kuliner, wisata olahraga dan sebagainya.
Dan tahukah anda bahwa Daerah kita mempunyai alam yang indah. Tidak ada satupun provinsi di Endonesya yang tidak mempunyai objek wisata dengan alam yang indah. Jawa Barat saja kita ambil contoh, ada yang khas priangan, ada pula yang cirebonan. Kalau di Sumatera terkenal dengan suku pegunungan dan suku pesisir. Di Papua, ada satu pulau saja yang konon terdiri dari ratusan bahasa Daerah. Kalau bahasanya saja berbeda, tentu corak kebudayaannya juga menyimpan kekhasan masing - masing. Kaya betul memang budaya kita.
Namun, sebagai putra Daerah sekaligus anak bangsa yang bermartabat dalam mengembangkan pariwisata di Daerah tercinta ini, saya berprinsip bahwa kekayaan alam yang kita punya itu pertama kali harus bermanfaat dulu untuk kita. Harus kita dulu yang bisa memanfaatkan dan menggunakannya. Setelah itu, baru kita perbolehkan orang lain yang menjadi tamu kita menikmatinya.
Adalah hal baik sebaik baiknya baik kita memperlakukan tamu sebagai raja. Tetapi tamu juga harus tahu bahwa tuan rumah adalah raja diatas raja. Singkatnya kita yang harus berkuasa. Saya yakin dan percaya tentunya kalian tidak mau kita yang kaya, tetapi pihak asing yang beroleh keuntungan dari kekayaan kita.
Wajar jikalau kita kaget dengan potensi pariwisata kita yang begitu hebat, tapi belum bisa mempromosikan keunggulannya terhadap dunia luar. Untuk hal ini, mari kita contohi Singapura, apa sih keunggulan Singapura? Sungguh cukup terbatas keunggulannya. Namun mereka bisa mengemas tempat - tempat tertentu menjadi tempat wisata. Pemerintahnya memberikan fasilitas dan sarana penunjang yang terkonsep dengan baik, sehingga orang mau kesana. Dan itu menjadi sumber penghasilan Singapura.
Di Endonesya, khususnya Di Boltim, kita punya Danau, ada ikan - ikannya, dan masih sering dikunjungi masyarakat. Ada juga air terjun yang terletak di beberapa titik. Pulau - pulau dengan pasir putih, pantai yang saban hari banyak pengunjung meski hanya sekedar berleha - leha bermain dengan ombak bahkan pegunungan yang bisa menjadi tempat pendakian. Tapi sayang keunggulannya belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Padahal, semua tempat wisata di Daerah kita ini menarik untuk dikunjungi, tinggal konsep dan cara mengemasnya tepat atau tidak.
Tak bisa dipungkiri bahwa urusan Pariwisata ini memang semestinya kita harus belajar ke luar. Kalau saya jadi Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata, saya akan suru orang saya untuk datang ke objek wisata di luar Daerah. Mereka ini harus mencatat semua kegiatan orang di objek wisata itu dari pagi sampai malam, selama sepekan. Kemudian pulang. Kita lihat dari jadwal kegiatan itu apa yang dikerjakan orang disana.
Barulah kita bisa memutuskan apa yang harus kita lakukan, dan apa yang harus kita bangun. Apakah harus membangun jalan, jembatan, atau rute khusus wisata? Kemudian kita biayai pembangunannya, kita kelola. Wisatawan akan berdatangan, karena objek wisatanya tertata dengan baik dan tepat. Apatah lagi didukung dengan kelengkapan sarana dan prasarananya.
Ambil contoh New Zeland di Auckland. Hanya bangunan menara pengawas saja saudara - saudara. Tapi dengan jumlah yang banyak. Namun orang yang naik diatas menara itu penuh. Mau naik kalian harus bayar. Sesampainya diatas menara, apa yang kalian lihat? Adalah Auckland dari ketinggian, berfoto - foto dari ketinggian, dan beli souvenir. Hanya itu kawan. Hanya itu sebenarnya, tetapi mereka mengemas perjalanan wisatanya dengan baik. Orang yang naik diatas menara, diberi penerangan apa saja yang mereka lihat.
Jadi, kembali saya katakan kemasan dan informasi ini harus diurus dengan baik dan serius. Tiap objek wisata dibahas secara detail dan menarik, sehingga orang menjadi tertarik untuk berkunjung dan melihat langsung. Nah yang menjadi kelemahan kita di Daerah ini, promosi pariwisata tidak berjalan dengan baik. Kita hanya membuat selebaran kecil untuk mewakili semua objek wisata kita. Coba bikin secara khusus. Misalnya kalau membahas pulau dengan pasir putih yang bagus, bahas secara lengkap. Jangan hanya gambar - gambar objek wisata itu muncul dalam gambar kecil - kecil, tidak ada keterangan pula. Kalau seperti itu, siapa yang mau datang? Kalau orang tidak mengerti apa yang ada di dalam gambar, bagaimana mau tertarik?
Di Daerah kita ada suatu Pulau pasir putih yang bagus yakni Pulau Nenas (Bombuyanoi Island), selain itu juga ada Pantai Tanjung Woka, air terjun, danau dan masih banyak lagi. Tapi promosinya belum maksimal. Jadi, siapa yang bisa tahu?
Pembangunan Daerah wisata juga harus matang konsep. Baik tema, akses bahkan sampai pada jaminan keselamatan. Berkaitan dengan tema, kalau kita ke Papua, ada hotel dengan nuansa honai. Semua seperti honai. Meski dari dalam bangunannya sudah dibuat modern, tapi itulah salah satu cara menarik untuk mencari tahu apa itu honai. Disini dilengkapi juga dengan sejarah dan cara pembangunan honai. Selain itu, Toraja. Orang ke Toraja, mereka harus menemukan rumah Toraja. Memang bangunan dan fasilitasnya juga sudah serba modern. Tapi jangan membangun hotel bintang lima disana, sebab akan tidak menarik.
Selanjutnya akses. Betapa penting pengadaan transportasi ke Daerah wisata menjadi mudah. Sekali orang yang datang bilang Boltim is Beautiful, Pasti ramai pariwisata. Tatapi jika baru diperjalan saja mereka sudah tersiksa, sakit perut, sampai muntah - muntah, bisa jadi mereka tidak tertarik lagi untuk datang. Hal ini harus diperhatikan secara serius oleh Pemerintah. Sarana dan prasarana termasuk akses tadi harus diperbaiki, dan harus dipikirkan juga bagaimana wisatawan bisa merasa nyaman dengan memperpendek jarak tempuh ke lokasi wisata. Karena kebanyakan orang tidak mau berlama - lama di perjalanan.
Konsep berikutnya terpaut dengan jaminan. Pemda juga bisa memikirkan pengadaan asuransi untuk para wisatawan. Artinya ada jaminan untuk mereka yang sakit dalam perjalanan, semua kebutuhan mulai dari pengobatan sampai pada pemulangan wisatawan ketempat asalnya Pemda yang urus. Paling tidak, dengan adanya jaminan tersebut, citra pariwisata akan menjadi lebih baik.
Kalau alasannya perlu modal yang bejibun untuk mengelola, mungkin ada benarnya jika perorangan yang memodalinya. Tapi Pemerintah Daerah kan pasti bisa. Kalau tidak punya dana sendiri, bisa ajak investor. Dengan cara itu, uang pendapatan Pemerintah Daerah bisa lebih banyak. Semakin banyak masyarakat dilibatkan, makin banyak pula rakyat yang mendapatkan manfaat dari objek wisata di daerah mereka. Kalau pihak asing bisa membuat sesuatu yang baik, mengapa tidak kita contohi. Daerah kita memang kaya. Maka jangan biarkan kita tidak menyadarinya. Kita harus pandai - pandai mengelola kekayaan itu, jangan biarkan pihak asing yang mengambil keuntungan dari kekayaan Negeri ini.
Sebagaimana orang berjualan, kita tentunya harus sangat memperhatikan kualitas produk kita. Kita juga harus pandai mengemas produk kita. Selanjutnya kita juga harus dengan indah bisa mempromosikan produk kita.
Memperhatikan kualitas produk pariwisata Daerah dalam hal ini adalah kualitas objek - objek wisata, sejak dari Buyat sampai Moyongkota, Boltim menyimpan objek wisata alam yang sangat banyak. Agar fokus, kita perlu menentukan apa yang disebut dengan Primary Destination, Secondary Destination, dan Tertiary Destination. Nah, hingga saat ini, hal inilah yang belum jelas dalam pariwisata kita. Kita belum menentukan lokasi - lokasi yang paling dianjurkan untuk dikunjungi wisatawan.
Danau Mooat memang cukup populer dikenal orang banyak. Tapi Boltim yang Is Beautiful itu tidak hanya Danau Mooat. Adalah hal bagus jika Danau Mooat dijadikan sebagai pilot project pariwisata Daerah. Namun masih banyak objek wisata lain yang bisa kita promosikan juga. Untuk wisata laut dangkal dengan pemandangan taman lautnya yang indah misalnya, Pulau Nenas (Bombuyanoi Island), Pantai Tanjung Woka dan Pantai Ariang di Motongkad, adalah tempat - tempat terbagus untuk dipromosikan.
*Penulis mendapat bahan dari buku karya Ruyandi Hutasoit, hingga tulisan ini dibuat
0 Response to "Kejelian Mengemas Pariwisata Boltim"
Posting Komentar