Dampak Globalisasi dan Runtuhnya Penokohan
Jumat, 22 April 2016
Add Comment
Belakangan istilah Globalisasi terlampau menjadi sesuatu yang familiar di kenal orang banyak. Pendek kata bukan hanya berbicara soal wacana politik maupun teori saja. Namun telah menjadi sarana perluasan imperialisme yang mengancam kearifan, nilai - nilai lokal yang kerap menjadi imitasi (peniruan) budaya pop bagi sebagian besar generasi muda.
Sebagai gambaran perkembangan yang menjelaskan suatu tindakan di zaman yang serba praktis ini, Globalisasi telah mencapai Hegemony (Puncak Kekuasaan) maya. Bahkan telah menancapkan kekuasaannya disetiap lini kehidupan kita. Dimana secara akurat mempertontonkan apa yang sedang terjadi di Dunia kini. Lihat saja budaya yang serba menghambakan diri pada materi, kekuasaan, ego, dan nafsu biologis juga kian mekar.
Maka kemudian lahirlah pertanyaan apakah globalisasi kini berbeda dengan yang dulu? Jawabannya tergantung atas apa yang kita lihat. Dulu globalisasi penting tersebab kelas ekspor lebih mendominasi (2001, James Petras dan Henry Veltmeyer; Kedok Globalisasi). Selain itu, globalisasi dulu memiliki titik akhir (Krisis dan Kejatuhan) sementara kini tetap kuat berada dalam isyu bermasalahnya sendiri.
Salah satu isyu mendasar yang dihadapi segelintir intelektual saat ini ialah situasi sosiologis yang sarat hegemony, godaan, dan himpitan yang membawa kita terjerumus dan berada di persimpangan jalan peradaban. Dengan situasi seperti itu, kadang memaksa kita menampilkan perilaku yang saling bermusuhan (antagonistik). Kehilangan kejujuran alami, penciteraan yang beraroma kemunafikan. Lantas haruskah kita mengulang teater kelu yang menghukum seluruh produk ilmu pengetahuan dan teknologi ini serta menyalahkan globalisasi dengan vonis haram karena telah memperkoyak tanpa disadari tatanan gaya hidup sebagian besar umat manusia? Tentu saja tidak. Dan sekali lagi sikap apriori ini jelas tak dapat mengubah secuilpun kondisi yang ada.
Pada dasarnya globalisasi sangat meresahkan masyarakat banyak. Namun tak sedikit pula menganggap bahwa globalisasi penting demi berkembangnya suatu bangsa. Selain itu, globalisasi juga mendorong segala sesuatu dapat dengan mudah dicapai. Nah, jika alasannya demikian maka dapat disimpulkan bahwa tak dapat berkembang suatu bangsa dan tak dapat dicapai sesuatu itu dengan mudah tanpa adanya globalisasi. Sebegitu pentingkah pengaruh globalisasi ini terhadap perkembangan suatu bangsa terlebih pada kehidupan umat manusia? Dan benarkah tanpa globalisasi, sesuatu bakal sulit dicapai? Sehingga ketiadaan globalisasi dianggap menyulitkan?
Perlu dipahami dan bukan bermaksud menggurui. Hanya saja memberikan sedikit argumen terhadap sederet alasan bagi mereka (yang belum tau, atau sudah tau tapi belum faham, atau bagi mereka yang sudah tau dan faham tapi pura - pura bodoh) yang mungkin belum sepenuhnya memikirkan tentang dampak sesungguhnya dari apa yang di sebut dengan globalisasi.
Ketika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian tak terbendung ini mulai menciptakan instrumen pendukung lainnya, seperti sekarang lebih populer dikenal dikalangan masyarakat luas dengan sebutan media sosial yang begitu mudahnya di akses melalui telepon seluler sehingga telah menjadi konsumsi publik secara terbuka memperlihatkan segala aktifitas dan kreatifitas mulai pada hal - hal yang bermuatan positif tak jarang pula bercampur negatif, baik disengaja ataupun tidak, sudah menjamur sedemikian rupa sampai pada akar - akarnya, maka itu suatu pertanda bahwa ideologi mulai digilas perlahan - lahan oleh apa yang dinamakan Globalisasi.
Tentu saja hal itu merupakan salah satu dampak dari globalisasi. Dan yang berperan penting untuk menghentikan setidaknya dapat meminimalisirnya yaitu para 'korban' kemajuan teknologi ini termasuk generasi muda. Sebab merekalah yang masuk pada kategori terbanyak pengguna/penikmat teknologi yang semakin canggih ini.
Lepas dari persoalan ideologi, penggunaan alat teknologi canggih yang dilengkapi dengan berbagi cerita ataupun pengalaman pribadi. Melainkan telah bermetamorfosis menjadi ajang unjuk kebolehan.
Seiring dengan kemunculan sejumlah jenis produk teknologi ini, kadang memicu para penggunanya untuk berlagak samaunya (Meski sebenarnya hal itu dibolehkan selama masih berada pada batas kewajaran) Namun, dalam etika tentu akan ada kecaman dari pihak yang mungkin kurang suka dengan cara seperti itu.
Disisi lain, kemajuan teknologi sebagai instrumen globalisasi bedampak pula pada interaksi atau hubungan, komunikasi dalam kehidupan sehari - hari. Sebagian 'korban' perkembangan zaman ini, cenderung memilih bertindak dengan kemauannya sendiri, bercakap dengan bahasanya sendiri, pun bersikap dengan kehendaknya sendiri tanpa memikirkan dimana, kapan, bagaimana, dan kepada siapa dia berekspresi. Kasta, status sosial, usia tak lagi dipandang sebagai apa yang dahulu biasanya paling tidak disegani dan dihormati bahkan ditakuti. Tersebab itu, maka dengan sendirinya globalisasi menjadi pangkal penyebab runtuhnya penokohan yang disematkan kepada seseorang tertentu.
0 Response to "Dampak Globalisasi dan Runtuhnya Penokohan"
Posting Komentar